Makalah evaluasi media pembelajaran pdf - berikut ini adalah makalah evaluasi media pembelajaran pdf yang bisa anda download dengan mengklik pada tombol download.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja ( performance), penilaian sikap, penilaian tertulis ( paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik ( portfolio), dan penilaian diri. Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya dan tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai kompetensi atau indikator yang diharapkan.
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian statu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil relajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek ( ya-tidak).
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar.
Berikut contoh daftar cek. Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Misalnya kasus atau masalah lingkungan hidup, berkaitan dengan materi Biologi atau Geografi. Peserta didik juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang lain, peserta didik memiliki sikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negeri. Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan).
Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran.
Akhir suatu priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleg guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.
Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Profesi guru kini semakin banyak tuntutan seiring dengan kebutuhan akan pendidikan yang bermutu. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi tersebut sejalan pula dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornyaa adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Dalam proses evaluasi pembelajaran eproses dan hasil belajar, guru sering menggunakan instrumen tertentu, baik tes ataupun non tes. Instrumen ini mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam rangka mengetahui keefektifan proses pembelajaran di sekolah.
Mengingat begitu pentingnya instrumen dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, maka suatu instrument harus memiliki syarat- syarat tertent sekaligus menunjukan karakteristik instrumen. Pada makalah ini akan dibahas karakteristik instrument (alat ukur) yang baik dan model- model evaluasi. Pemahaman tentang instrumen ini menjadi penting karena dalam praktek evaluasi dan penilaian, pada umumnya guru selalu mendasarkan pda proses pengukuran. Dalam pengukuran tentu harus ada alat ukur (instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non tes. Alat ukur ada yang baik dan ada pula yang kurang baik.
Instrument yang baik adalah instrument yang memenuhi syarat- syarat atau kaidah- kaidah tertentu, dapat memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsunya, dan hanya mengukur sampel prilaku tertentu. Adapun karakteristik instrument evaluasi yang baik adalah.
Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu tyler. Dalam buku Basic principles of curriculum and Instruction, tyler banyak mengemukakan ide dan gagasannya tentang evaluasi. Salah satu bab dari buku tersebut diberinya judul how can the effectiveness of learning experience be evaluated?
Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi didasarkan pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada awal tingkah laku awal peserta didik sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dan sesudah melakukan kegiatan pembelajaran. Dasar pemikiran yang kedua ini menunjukan bahwa evaluator harus dapat menentukan perubahan tingkah laku apa yang terjadi setelah peserta didik mengikuti pengalaman belajartertentu, dan menegaskan bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh pembelajaran. Penggunakan model tyler memerlukan informasi perubahan tingkah laku terutama pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pembelajaran.
Istilah yang terkenal dikalangan guru adalah tes awal ( pri- test) dan tes ahir ( post- test). Model ini menyaratkan validitas informasi pada tes ahir. Dalam pembelajaran, kita mengenal adanya tujuan pembelelajaran umum dan tujuan khusus.
Model evaluasi ini menggunakan kedua evaluasi tersebut sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan. Evaluasi diartikan sebagai proses pengukuran untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai. Model ini dianggap lebih praktis karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur. Tujuan modal ini adalah membantu guru merumuskan tujuan dengan menjelaskan hubungan antara tujuan dengan kegiatan. Selain itu, model ini juga membantu guru menjelaskan rencana pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan proses pencapaian tujuan. Instrument ini digunakan bergantung pada tujuan yangingin diukur.
Hasil evaluasi akan mengggambarkan tingkat keberhasilan tujuan program pembelajaran berdasarkan kriteria progam khusus. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara tujuan dengan kegiatan dan menekankan pada peserta didik sebagai aspek penting dalam program pembelajaran.
Kekurangannya adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan. Model pengukuran (measurement model) banyak mengukakan pemikiran- pemikiran dari R. Thorndike dan R.L.Ebel. Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitik beratkan pada kegiatan pengukuran. Penguuran digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat (atribute) tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun pariwisata, dalam bentuk unit ukuran tertentu. Dalam bidang pendidikan model ini telah diterapkan untuk mengungkap perbedaan- perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi peserta didik, bimbingan, dan perencanaan pendidikan.
Menurut model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan system bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak– pihak yang memerlukan. Objek evaluasi adalah tingkah laku peserta didik, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan pada akhir pendidikan, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Untuk itu, teknik evaluasi yang digunakan tidak hanya tes (tulisan, lisan, dan sperbuatan), tetapi juga non- tes (observasi, wawancara, skala, skala sikap, dan sebagainya).